Langsung ke konten utama

Kamu pernah mendengar primbon. Ternyata begini cara menyusunnya




Proses Penyusunan Primbon
Penyusunan Primbon adalah proses yang sangat kompleks dan tidak bisa dilepaskan dari peran para leluhur dan ahli spiritual (sering disebut "wong pinter" atau orang pintar) di masa lalu. Proses ini bukanlah sekadar menulis buku, tetapi merupakan hasil dari pengamatan mendalam, perhitungan, dan pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun.


Berikut adalah gambaran umum bagaimana primbon dibuat:
1. Pengamatan dan Pencatatan
Para leluhur Jawa memiliki kebiasaan mengamati fenomena alam dan kejadian di sekitar mereka dengan sangat teliti. Mereka mencatat setiap peristiwa penting—mulai dari tingkah laku hewan, pola cuaca, sampai mimpi yang dialami. Contohnya, jika terjadi gerhana bulan dan beberapa hari setelahnya terjadi wabah penyakit, mereka akan mencatat hubungan antara kedua peristiwa itu. Proses ini berlangsung selama ratusan, bahkan ribuan tahun.
2. Perhitungan Astrologi dan Kosmologi
Pengetahuan tentang astronomi dan siklus alam memegang peran sentral. Para penyusun primbon mempelajari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Mereka juga memahami konsep siklus waktu dalam kalender Jawa, seperti Weton (perpaduan hari Masehi dan hari Pasaran), Saptawara (tujuh hari), dan Pancawara (lima hari). Perhitungan ini digunakan untuk menentukan hari baik atau buruk untuk suatu kegiatan.
3. Penafsiran Simbol dan Isyarat
Setiap fenomena yang diamati tidak hanya dicatat, tetapi juga ditafsirkan sebagai simbol atau isyarat. Misalnya, suara burung tertentu yang berkicau pada waktu tertentu dianggap sebagai pertanda akan ada tamu. Dengungan telinga, yang Anda tanyakan sebelumnya, juga dianggap sebagai isyarat dari alam semesta. Penafsiran ini dikaitkan dengan nilai-nilai budaya, moral, dan spiritual yang dianut oleh masyarakat Jawa.
4. Kumpulan Ilmu dan Pengetahuan
Primbon pada dasarnya adalah kompilasi dari berbagai cabang ilmu pengetahuan tradisional, seperti:
 * Astro-meteorologi: Ilmu tentang hubungan antara pergerakan bintang dan cuaca.
 * Fisiognomi: Ilmu membaca karakter seseorang dari bentuk fisik (wajah, tangan, dll).
 * Ramalan: Pengetahuan untuk memprediksi kejadian di masa depan.
 * Etika dan Moral: Panduan untuk berperilaku dalam masyarakat.
Semua pengetahuan ini dikumpulkan, disistematisasi, dan disusun dalam satu buku atau manuskrip. Dahulu, primbon tidak dibuat untuk konsumsi publik, melainkan hanya dimiliki oleh para bangsawan atau ahli spiritual tertentu. Pengetahuan ini diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, dan baru kemudian dibukukan.
Meskipun saat ini primbon sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, pada dasarnya primbon adalah cerminan dari cara pandang leluhur Jawa terhadap alam semesta. Ini adalah bentuk kearifan lokal yang mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam, memperhatikan setiap detail, dan selalu waspada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu 2024 Baru Saja Usai

Pesta demokrasi rakyat Indonesia baru saja dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Pada tanggal 14 Februari 2024. Berdasarkan data quick count pemenangnya adalah paslon nomor urut 2.  Banyak yang menarik dari perhelatan pesta demokrasi 5 tahunan ini. Pada saat ini ada salah satu paslon menggunakan gaya kampanya yang berbeda. Yaitu sebuah acara dialog, antara paslon dan peserta. Disitu terjadi interaksi yang sangat bagus. Pemaparan visi dan misi dapat dijelaskan dengan gamblang. Acara ini tidak pernah sepi pesertanya. Diselenggarakan sebanyak 22 kali hampir seluruh pulau.  Kenapa penulis menganggap kampanye model seperti ini bagus. Karena kita dapat mengetahui seberapa pahamnya paslon akan visi dan misi yang akan dijalankan bila mereka terpilih. Ini sungguh menggugah kaum muda. Efek ini sungguh sangat dashyat karena k-popers yang kebanyakan adalah gen z. Tergugah untuk berpartisipasi. Dan acara kampanye ditutup dengan kampanye akbar. Disini juga s...

Keyboard wireless

Kemajuan tehnologi yang begitu pesat, menjadikan banyak hardware yang tercipta, Selain makin beragam hardwar yang tercipta dari sisi haga juga sangat terjangkau. Dahulu untuk memiliki hardware yang wireless kita harus merogoh kocek yang sangat dalam, Namun kini dengan harga jauh dibawah harga dahulu kita sudah bisa mendapatkan gadget yang mumpuni. Penulis baru saja membeli keyboard wireless yang dulu hanya bisa bermimpi memilikinya. Kini penulis bisa membeli keyboard dengan kualitas bagus namun harganya hanya dua ratus ribuan saja. Awalnya penulis ragu untuk membelinya karena mana mungkin kualitasnya akan bagus bila harganya bisa semurah itu.  Keyboard yang penulis beli adalah merk Altec Lansing ALBK6266. Merk Altec lansing dahulu saya kenal memproduksi speaker aktif. Dengan harga yang murah naum suaranya sangat bagus. Dan ini yang menyebabkan penulis ingin membeli keyboard ini karena merk Altec Lansing. Berasa de javu juga ketika barang sudah sampai, selain merk y...

Konsumen Mendang Mending, Benarkah mereka golongan yang marginal

Berdasarkan data dan riset pasar, tidak ada angka persentase tunggal yang secara spesifik mengukur "konsumen mendang mending." Istilah ini lebih merupakan gambaran dari perilaku, bukan kategori resmi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mayoritas konsumen Indonesia memiliki mentalitas "mendang mending" atau pragmatis . Bahkan, mentalitas ini adalah salah satu faktor dominan yang membentuk keputusan pembelian di pasar. Menurut riset pasar dari perusahaan seperti Nielsen, Kantar, dan berbagai lembaga survei lokal: Lebih dari 50% Konsumen Indonesia Sensitif Harga: Sebagian besar konsumen aktif membandingkan harga, mencari diskon, dan mempertimbangkan nilai (kualitas vs. harga) sebelum membeli. Generasi Muda Sangat Pragmatis: Generasi Z dan Milenial, yang merupakan target utama layanan digital, dikenal sangat cermat dalam membelanjakan uang mereka. Mereka akan melakukan riset mendalam di internet dan membandingkan ulasan sebelum membuat keputusan. Perilaku Ini Meluas...